Jumat, 29 Maret 2024

NAH…! Mantan Direktur Nubika BIN: Apakah Corona Virus Alamiah Atau Senjata Biologi?

Isroil Samihardjo, Mantan Direktur Nubika (Nuklir Biologi dan Kimia), Badan Intelejen Negara (BIN). (Ist)

JAKARTA – Mantan Direktur Nubika (Nuklir Biologi dan Kimia), Badan Intelejen Negara (BIN) mempertanyakan apakah penyakit Covid-19 merupakan senjata biologi? Hal ini disampaikannya pada, Jumat (6/3) saat mempresentasikan paparan dengan judul “The Role of Intelligence on Mitigating Threat of Outbreak of Disease” (Peran Intelijen dalam Mitigasi Ancaman Wabah Penyakit) yang disampaikan oleh 

 
“Saya tidak pernah menyatakan bahwa Covid-19 adalah senjata biologi. Saya hanya mempertanyakan apakah penyakit Covid ini merupakan wabah alami atau bukan,” kata Isroil Samihardjo, yang saat ini menjadi Dosen Tetap Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN).
 
Menurutnya, WHO menyebutkan sendiri wabah penyakit selain digolongkan sebagai wabah alami (natural occurrence), dapat pula disebabkan oleh karena lolosnya pathogen (organisme berbahaya) dari laboratotium (accidental release).
 
“Atau karena adanya kesengajaan oleh pihak-pihak tertentu (deliberate use of biological agent),” katanya.
 
Pada tanggal 4-6 Maret yang lalu di Balai Sidang JCC telah dilaksanakan Konferensi Homeland Security Conference (HLS) yang diikuti oleh para pakar keamanan dan terorisme dari berbagai negara.    
 
Isroil Samihardjo, Mantan Direktur Nubika (Nuklir Biologi dan Kimia), Badan Intelejen Negara (BIN) dalam Konferensi Homeland Security Conference (HLS) 4-6 Maret lalu di Jakarta. (Ist)

Saat ini menurutnya, intelijen telah dibekali dengan Undang-undang 17/2011 tentang Intelijen Negara yang secara eksplisit menyatakan bahwa peran intelijen adalah ‘melakukan upaya, pekerjaan, kegiatan, dan tindakan (UPKT) untuk deteksi dini dan peringatan dini dalam rangka pencegahan, penangkalan, dan penanggulangan terhadap setiap hakikat ancaman yang mungkin timbul dan mengancam kepentingan dan keamanan nasional’  

 
Lebih lanjut, menurut Undang-undang tersebut, ancaman adalah setiap UPKT, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, yang dinilai dan/atau dibuktikan dapat membahayakan keselamatan bangsa, keamanan, kedaulatan, keutuhan wilayah, dan kepentingan nasional di berbagai aspek, baik ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan dan keamanan.   
 
Menurut Isroil, BIN telah melakukan upaya dengan sangat baik dengan melakukan fungsi penyelidikan, pengamanan dan penggalangan secara aktif. Upaya tersebut memang tidak sepenuhnya nampak karena bukan hanya dilakukan secara terbuka namun juga secara tertutup dan berjenjang.      
 
“Koordinasi penanganan Covid-19 di Indonesia telah berjalan sangat efektif terutama dalam membangun jaringan dengan seluruh pihak yang terkait karena isu utama dari Covid-19 adalah bukan virusnya tetapi pola epidemiologinya dengan melacak penyebarannya,” katanya.    
 
Ia juga mengingatkan, epidemiologi merupakan landasan kesehatan masyarakat yang meliputi kajian dan analisis tentang pola penyebaran (siapa, kapan dan dimana) serta kondisi populasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.   
 
“Namun, kajian dan analisis ini tidak bisa dilakukan hanya oleh satu institusi saja namun harus melibatkan semua pemangku kepentingan termasuk intelijen,” tegasnya.
 
Isroil pernah menjadi salah satu direktur yang khusus menangani Nubika (nuklir, biologi dan kimia) di BIN pada 2006-2013. Namun sejak 2013 direktorat tersebut ditutup oleh institusi intelejen tersebut.  
 
Sebelumnya, pada tahun 2008, bersama Menteri Kesehatan kala itu, Dr. Siti Fadilah, Isroil memastikan bahwa Virus Flu Burung adalah merupakan salah satu senjata biologi yang sengaja dipakai untuk menyerang Indonesia. 
 
Konferensi HLS (Homelend Security) yang diselenggarakan atas kerjasama dengan Polri yang terdiri dari Densus 88, Gegana Polri, Detasemen Kimia Biologi Radiologi Brimob beserta Kemenkumham, Ditjen Imigrasi, BNPT, BNN, dan Kajian Stratejik Universitas Indonesia ini selain menampilkan para pakar teroris dari dalam negeri juga diikuti oleh pakar keamanan dan teror dari State Louisiana University, US State Department of Justice serta beberapa pakar dari Slovakia, Inggris dan Singapura.    
 
Paralel dengan HLS juga diselenggarakan Konferensi Nubika yang dimotori oleh Majalah Nubika CBRNe World dari Inggris. (Web Warouw)

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru